Home » » P. Antoine Vitte, MEP

P. Antoine Vitte, MEP

Written By Unknown on Sabtu, 28 Mei 2016 | Sabtu, Mei 28, 2016

Pada tahun 1986 P. Antoine Vitte menginjakkan kakinya di Siambul, suatu kampung Talang Mamak yang terletak di Kec. Sebrida (sebelum pemekaran), sekarang nama kecamatannya adalah Batang Gansal. Ia bertemu dengan Bpk. Nafsun, kepala desa Siambul pada waktu itu. Bapak inilah yang mengundang pastor untuk datang ke kampungnya dalam suatu acara di Jakarta. Undangan itu dijawab dengan kehadiran P. Antoine Vitte, MEP. Kehadiran itu dimaksudkan untuk menyebarkan iman Kristen di desa Siambul yang pada waktu itu masih menganut kepercayaan tradisional yang pada saat itu tidak dianggap sebagai suatu agama dan tidak ada kolomnya di KTP. Sementara itu bila tidak memiliki agama, dianggap sebagai masyarakat yang tertinggal dan animis. Ada rasa malu jika tidak mempunyai suatu agama.

Kehadiran P. Antoine Vitte di Siambul memulai babak baru kehidupan rohani, sosial dan ekonomi masyarakat desa Siambul. P. Vitte mendirikan rumah sederhana sebagai tempat tinggalnya di sana dengan maksud agar dia bisa tinggal bersama masyarakat Siambul sehingga komunikasi dengan masyarakat lebih mudah. Pastor bisa mengenal lebih jauh kehidupan masyarakat demikian pun masyarakat dapat lebih mengenal P. Vitte. Pastor Vitte mulai mendorong anak-anak Siambul untuk bersekolah. Bukan cuma mendorong tapi dia turut membantu mereka untuk bersekolah misalnya dalam hal biaya. Bahkan beberapa orang dikirim ke Jambi untuk menikmati pendidikan di sana. Pelan-pelan semangat masyarakat untuk bersekolah pun bangkit. Di bidang ekonomi P. Vitte mengupayakan sebidang lahan yang cukup luas untuk ditanami karet. Lahan itu dibersihkan bersama, setelah tertanam, lahan dibagi kepada masyarakat dengan luas 2 ha per setiap anggota yang terlibat dan mau bergabung untuk membuka lahan tersebut. Hasilnya juga dipasarkan secara bersama. Sayang bahwa sekarang ini sebagian besar dari lahan tersebut telah terjual pada perusahaan batu bara yang melakukan penggalian batu bara di desa Siambul. Di bidang sosial P. Antoine Vitte mencoba menyadarkan masyarakat akan pentingnya ketekunan dan kerajinan untuk bekerja dan tidak dininabobokkan oleh kebiasaan masyarakat yang kurang positif untuk perkembangan seperti kebiasaan berjudi yang diadakan di luar pesta-pesta adat. P. Antoine Vitte juga mendatangkan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan itu tinggal di Siambul dan digaji oleh P. Antoine Vitte. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah membangun puskesmas di desa tersebut dan yang menjaga serta menjadi perawat di sana adalah Frida Karo. Guru-guru juga didatangkan ke Siambul untuk mengajari anak-anak. Melihat gerakan yang dilakukan oleh P. Antoine Vitte pemerintah pun tergerak untuk membangun sekolah di desa itu. Masyarakat Talang Mamak dari daerah lain juga meminta kehadiran P. Antoine Vitte di desa mereka, misalnya desa Talang Kedabu. Di bidang agama P. Antoine Vitte mengajari masyarakat iman Katolik dan demi kelancarannya didatangkan beberapa guru-guru agama. Para guru agama tersebut bisa lebih jauh masuk ke pedalaman untuk menjumpai masyarakat Talang Mamak. Pastor ini pun bergerak lebih jauh lagi bahkan sampai Dusun Tuo di hulu Sungai Batang Gansal untuk memberdayakan masyarakat Talang Mamak. Kenderaan-kenderaan seperti sepeda motor binter disiapkan demi lancarnya perjalanan para guru itu. Semua itu dijalankan dalam kerjasama dengan Keuskupan Padang.

Untuk kalangan kaum muda, P. Antoine Vitte memberikan fasilitas olahraga seperti bola volley dan bola kaki demikian juga seperangkat alat musik modern seperti band. Semuanya ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat Talang Mamak. Masyarakat desa Siambul pun sangat gembira dan menyambut kehadiran P. Antoine Vitte. Reaksi sebaliknya malah muncul dari pemerintah kecamatan. Pihak pemerintah datang ke Siambul pada malam hari untuk menangkap pastor ini. Tentara turut dibawa untuk menangkapnya. Hal itu tentu membuat masyarakat marah sehingga mereka berkumpul dengan tombak dan parang di tangan untuk menghadang maksud buruk pemerintah itu. Usaha pemerintah menghalangi pelayanan dan pemberdayaan P. Antoine Vitte tidak berhasil karena masyarakat mendukung dan mencintai pastor ini. Demikian juga kepala desa Siambul sungguh mendukung karya pastor ini di desanya. Pelayanan pun berjalan terus meski di sana-sini ada tantangan dan kesulitan khususnya dari pemerintah.

Siapa Pastor Antoine Vitte? Dia berasal dari Perancis. Dia menjadi imam diosesan di Perancis yang kemudian memutuskan untuk pergi bermisi ke Asia. Dia pun diutus oleh MEP (para imam misionaris dari Perancis). Pertama-tama dia diutus ke Vietnam. Pergolakan politik di Vietnam membuatnya harus meninggalkan negeri itu karena tidak tahan dengan penangkapan dan penyiksaan. Dia keluar dari sana dan kemudian masuk ke Indonesia. Dia pun tinggal di desa Siambul, suatu kampung yang sederhana di Nusantara ini ribuan kilometer jaraknya dari Paris, Perancis untuk pemberdayaan masyarakat Indonesia khususnya Talang Mamak, salah satu suku asli Provinsi Riau.

Tulisan ini belum sungguh lengkap namun kiranya bermanfaat untuk mengenang jasa P. Antoine Vitte, MEP. Rasanya akan sia-sia sekali bila figur misionaris serta jasa-jasanya dilupakan begitu saja. Sekarang ini masih banyak saksi hidup di desa Siambul yang dapat diwawancarai. 

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2016. KEARIFAN LOKAL - All Rights Reserved
Published by fioren sipayung
Proudly powered by Blogger